PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejauh ini kita telah melakukan suatu kegiatan yang sering kita
sebut dengan belajar, namun masih banyak orang yang menafsirkan salah tentang
makna hakikat dari belajar itu sendiri. Oleh karena itu, adalah penting sekali
bagi setiap siswa, guru atau siapapun memahami sebaik-baiknya tentang hakikat
belajar.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi
atau materi pelajaran. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang
belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan
menulis. Masalah belajar yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha
pendidikan, adalah masalah setiap orang. Tiap orang boleh dikatakan selalu
belajar, karena kenyataan bahwa belajar adalah masalah setiap orang maka
jelaslah kiranya perlu dan penting menjelaskan masalah belajar itu.
Manusia yang ingin mempertahankan hidupnya, ia harus tumbuh.
Pertanyaannya, bagaimanakah usaha kita agar kita senantiasa tumbuh dan
berkembang? Jawabannya yaitu kita mesti belajar. Apakah belajar itu dan
bagaimana prosesnya? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering terlontar
berhubung masih kurangnya pemahaman seseorang tentang arti belajar.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Sesuai dengan problematika di atas, tulisan ini ingin mencoba
mengurai perihal hakikat belajar perspektif psikologi dan Islam.
B.
Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di
atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini yaitu:
1.
Apa yang
dimaksud dengan belajar ?
2.
Hakikat belajar di tinjau dari psikologi ?
3.
Hakikat belajar
di tinjau dari Islam ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui pengertian belajar.
2.
Untuk
mengetahui hakikat belajar dalam tinjauan psikologi
3.
Untuk
Mengetahui hakikat belajar dalam
tinjauan Islam.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar
Ada beberapa
istilah pengertian belajar menurut para ahli diantaranya:
1.
James
O.Whittaker merumuskan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
2.
Ronbach
berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3.
Howard
L.Kingskey berpendapat belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan,
4.
Drs.Slameto
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
5.
Skinner
berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi tingkah laku yang progresif.[1]
6.
Hilgard & Bower
mendefinisikan belajar adalah proses timbulnya suatu aktivitas yang terjadi
karena reaksi terhadap situasi yang dialami.[2]
7.
Oemar Hamalik
berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan dari suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu yakni mengalami.[3]
8.
R. Gagne
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.
9.
Burtun
mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.[4]
Dari
beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas
dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan
raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk
mendapatkan perubahan dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotor.[5]
Belajar
juga dapat dikatakan suatu proses yang
dialami seseorang melalui kegiatan yang dilakukannya untuk mencapai tujuan
tertentu, sehingga dimungkinkan terjadinya perubahan dalam pengetahuannya ,
sikapnya, keterampilannya, kebiasaannya, pengalamannya, minatnya, penghargaanya
dan penyesuaian dirinya.[6]
B.
Hakikat Belajar
dalam Pandangan Psikologi
Dari sejumlah
pengertian belajar yang telah diuraikan ada kata yang sangat penting untuk
dibahas yakni kata “perubahan atau change, change adalah sebuah kata dalam
bahasa inggris yang berarti perubahan. Perubahan yang dimaksud tentu saja
perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian
belajar, oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan
diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka
individu itu dikatakan telah belajar, tetapi perubahan yang terjadi akibat
belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan
mempengaruhi tingkah laku.
Belajar
mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk
juga perbaikan prilaku misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi
secara lengkap. Tidak semua perubahan prilaku berarti belajar. Orang yang
tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan
tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tanganya
yang hilang itu denga mempelajari keterampilan-keterampilan baru. Perubahan
tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial.
Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang sangat ahli, tetapi dalam
pandangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan. Hilgard dan Brower
mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui
aktivitas,praktek dan pengalaman.[7]
Hakikat proses
belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan
perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman. Dua faktor utama yang
menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah
bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan inteligensi, sedangkan aspek
lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia
yang menciptakan lingkungan yakni guru dan orang tua. Faktor lainnya adalah
aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, biokimia, susunan saraf dan
respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.[8] Akhirnya
dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap
perubahan adalah sebagai hasil belajar.[9]
Ciri-ciri
Belajar
Jika hakikat
belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu
yang dimaksudkan ke dalam ciri-ciri belajar yaitu[10]:
1.
Perubahan yang
terjadi secara sadar
Individu yang
belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu
merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2.
Perubahan dalam
belajar bersifat fungsional
Perubahan yang
terjadi dalam individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3.
Perubahan dalam
belajar bersifat postif dan aktif
Dalam perbuatan
belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik, sedangkan perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu
sendiri.
4.
Perubahan
belajar dalam belajar bertujuan atau terarah
5.
Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang
diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia
akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.[11]
Manusia dan
makhluk hidup yang lain memerlukan dunia untuk mengembangkan dan melangsukan
hidupnya, ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar untuk kebutuhan
dirinya, ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan
kegiatan belajar atau menyesuaikan diri itu berbagai macam cara mereka
pergunakan. Berikut ini uraian beberapa macam cara penyesuain diri yang
dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja dan bagaiman hubungannya
dengan belajar.[12]
a.
Belajar dan
kematangan
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ
dalam diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika telah mencapai
kesanggunpan untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Proses belajar terjadi
karena perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan terjadi
dari dalam.
b.
Belajar dan
Penyesuaian Diri
Penyesuain diri
merupakan suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku manusia.
c.
Belajar dan
Pengalaman
Belajar dan
pengalaman keduanya merupakan suatu proses yang dapat merubah sikap, tingkah
laku dan pengetahuan kita.
d.
Belajar dan
bermain
Dalam bermain
juga terjadi proses belajar. Persamaannya adalah bahwa dalam belajar dan
bermain keduanya terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku , sikap dan
pengalaman.
e.
Belajar dan Pengertian
Belajar
mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian. Ada proses
belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian. Misalnya latihan
cara menangkap yang dilakukannya tanpa pengertian tanpa menyadari apa maksud
dan tujuan dari latihan itu. Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak
menimbulkan proses belajar. Dengan mendapatkan sesuatu pengertian tertentu,
belum tentu seseorang kemudian berubah tingkah lakunya.
f.
Belajar dan
Menghafal/Mengingat
Menghafal atau mengingat tidak sama
dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum menjamin bahwa dengan
demikian orang sudah belajar dalam arti sebenarnya. Sebab untuk mengetahui
sesuatu tidak cukup hanya dengan mengahafal saja, tetapi harus dengan
pengertian.
g.
Belajar dan
Latihan
Belajar dan latihan keduanya dapat
menyebabkan perubahan/proses dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan.
Dari uraian di atas tadi kiranya
menjadi jelas bagi kita bagaimana cara-cara atau proses belajar itu
berlangsung. Kita mengetahui bahwa belajar itu tidak hanya melatih kematangan,
menyesuaikan diri, memperoleh pengalaman, pengertian atau latihan-latihan.
C.
Hakikat Belajar
dalam Pandangan Islam
Dalam persepektif Islam
belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu Muslim-muslimat dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Firman Allah yang
berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا
قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا
مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ (11)
Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Dalam
Islam, proses belajar pertama yaitu kepada Nabi Adam di mana Allah mengajarkan
berbagai nama benda kepadanya, di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Swt
telah mengajarkan kepada Nabi Adam tentang nama-nama benda, tabiat, dan
sifat-sifatnya dan Adam disuruh mengulangi pelajaran tersebut di hadapan para
malaikat.[13]
Belajar
merupakan jendela dunia, dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal, oleh
sebab itu islam sangat menekankan masalah belajar, Allah pun bertanya dalam
al-Qur’an pada surah az-Zumar ayat 9
yang berbunyi:
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ
اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9)
(Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dalam
persepektif Islam hakikat belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku.
Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuan belajar dalam Islam bukanlah mencari
rezeki di dunia ini semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat
akhlak artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang
sempurna.[14]
Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar persepektif psikologi, dalam konteks Islam
maknanya lebih dalam karena perubahan perilaku dalam islam indikatornya adalah
akhlak yang sempurna. Akhlak yang sempurna mesti dilandasi oleh ajaran islam.
Tuhan
memberikan potensi kepada manusia yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk
belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan
umat manusia itu sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ
fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan
kegiatan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Indera
penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi
visual.
b.
Indera
pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi
verbal
c.
Akal, yakni
potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap,
mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan
pengetahuan (ranah kognitif).[15]
Belajar memiliki tiga arti penting menurut Al-Qur’an. Pertama, bahwa
orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa digunakan untuk memecahkan
segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Kedua, manusia
dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat
membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya
karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai
pertanggungjawabannya. Ketiga,dengan ilmu yang dimilikinya, mampu
mengangkat derajatnya di mata Allah.[16]
D.
Simpulan
Belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotorik. Sedangkan hakikat belajar dalam tinjauan psikologi adalah
perubahan yang terjadi dalam diri
individu yang belajar. seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir
dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka
individu itu dikatakan telah belajar, tetapi perubahan yang terjadi akibat
belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan
mempengaruhi tingkah laku. Adapun hakikat belajar dalam tinjauan Islam adalah perubahan perilaku
yang sampai kepada akhlak yang sempurna. Akhlak yang sempurna dilandasi oleh
ajaran islam.
Daftar Pustaka
Bahri Djamarah,
Syaiful. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Hamalik, Oemar.
Proses Belajar Mengajar, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2005.
Jamaludin dan
Acep Komarudin, Pembelajaran persepektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015.
Netty, Hartati.
Islam dan Psikologi, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2004.
Purwanto,
Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,1995.
Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2011.
Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Reneka Cipta, 2003.
Susanto, Ahmad.
Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah SD, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013.
Syah, Muhibbin.
Psikologi Belajar, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006.
---------------------. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya:
2010
Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: RajaGrafindo, 2005.
[1] Muhibbin Syah,
Psikologi Belajar (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4.
[2] Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2011), h. 20
[3] Oemar Hamalik,
Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2005), h. 27.
[4] Ahmad Susanto,
Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah SD, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013) h. 3.
[5] Syaiful bahri
Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.13.
[6] Jamaludin dan
Acep Komarudin, Pembelajaran persepektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 9.
[7]Oemar Hamalik, Psikologi
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 45
[8]Hal
55.
[9] Syaiful bahri
Djamarah, Psikologi Belajar, h. 14-15
[10] Syaiful bahri
Djamarah, Psikologi Belajar, h. 15-16
[11] Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Reneka Cipta, 2003), h.
4.
[12] Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1995), h.
86-89
[13] Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo, 2005), h. 48.
[14] Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 50-51.
[15] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya: 2010), h. 98-99