Selasa, 03 Januari 2017

My Thesis "pattern of religious education for orphans"

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Agama merupakan faktor utama dalam kehidupan manusia, karena agama mampu memberikan makna, arti dan tujuan hidup kepada manusia itu sendiri. Karena agama sangat penting untuk kehidupan manusia, maka penanaman nilai-nilai agama harus ditanamkan sedini mungkin, dalam hubungannya dengan pendidikan agama pada anak, Islam menempatkan peran keluarga yaitu orang tua sebagai lembaga pendidikan dasar.
Anak yang mempunyai orang tua lengkap tentu akan mendapatkan pengarahan, pelatihan, pembiasaan dan kelakuan-kelakuan keagamaan, lalu bagaimana dengan anak yang ditinggal oleh ayahnya, sejak kecil ia sudah menjadi yatim dan hidup dengan keluarga yang tidak mampu ataupun sebab lainnya. Menjadi anak yatim tentunya bukan sesuatu yang dikehendaki, hal ini merupakan takdir yang sudah ditentukan Allah untuk hamba-hambanya, anak yang ditinggal oleh salah satu orang tuanya tentu  kurang mendapat perhatian, kasih sayang, pelayanan, pendidikan dan sentuhan-sentuhan keagamaan tidak ia rasakan sejak kecil.
Secara psikologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa terganggu jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah seorang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya, itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh bapaknya untuk selama-lamanya.
Menyantuni anak yatim serta memperhatikan anak yatim adalah suatu hal yang bijaksana yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya. Ajaran Islam menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan  melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang menerangkan tentang hal ini, dalam surah al-Mâun misalnya  Allah Swt berfirman:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3
Disebutkan juga dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal yang berbunyi:
حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمْ الْمِسْكِينَ[1]
Adapun anjuran mengusap kepala anak yatim dalam hadis ini merupakan lambang kasih sayang dan perhatian umat muslim, baik dalam bentuk material, pendidikan serta dalam pengasuh untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi anak yatim.
Adapun untuk memelihara dan  untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi anak yatim maka diperlukan suatu wadah untuk menampung anak yatim yang disebut dengan panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu wadah untuk menampung anak yatim yang merupakan tempat mereka berlindung, tempat mereka mendapatkan pendidikan agama Islam dan melatih mereka dalam kemandirian.
Di Indonesia, pemberian pelayanan sosial bagi anak mayoritas dilakukan oleh panti atau yayasan. Panti atau yayasan secara etimologi berarti suatu nama dari sebuah organisasi. Sedangkan ditinjau dari realita yang berlaku di Indonesia, panti yatim adalah sebuah organisasi yang mewadahi dan menangani anak-anak yatim.[2] Panti asuhan merupakan tempat untuk anak-anak yatim mendapatkan pendidikan khususnya pendidikan agama, karena dengan pendidikan agama maka ia dapat menempatkan dirinya dan memiliki sifat-sifat keagamaan yang akan menjadi bekal untuk masa depannya kelak.
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 terdapat 83 panti asuhan, dengan jumlah anak asuh laki-laki 2.848 dan jumlah anak asuh perempuan 1.048 dan terdapat 23 panti asuhan di kota Banjarmasin pada tahun 2014.
Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan lebih lanjut tentang permasalahan  di panti asuhan kota Banjarmasin yang penulis teliti yaitu terdapat tiga panti asuhan di kota Banjarmasin yaitu panti asuhan al-ikhlas yang terletak di gang Karunia Rt 27, rw 09 no. 28 Jalan Ahmad Yani Km 5,5, kecamatan Banjarmasin Timur. Panti asuhan mizan amanah yaitu asrama yatim  yang terletak di Jalan Bumi Mas Raya No. 2 Komplek Buncit Indah Banjarmasin dan panti asuhan bunda kurbanur yang terletak di Jalan lambung mangkurat gang Mufakat, Rt 33, Kelurahan Pemurus Baru, Km 5.
Adapun alasan penulis memilih tiga panti asuhan di atas karena panti asuhan tersebut pasti memiliki ciri-ciri masing-masing, yaitu panti asuhan al-ikhlas adalah panti asuhan yang mempunyai anak asuh perempuan dan anak asuh laki-laki yang berjumlah 57 orang. Anak dipanti tersebut dilatih dengan hidup disiplin yang terbukti dengan adanya jadwal kegiatan kebersihan dan gotong royong. Mereka mendapatkan pendidikan kegamaan dengan dibiasakan sholat berjamaah dan selesai shalat berjamaah mereka membaca surat yassin dan setiap malam selasa dan malam kamis anak asuh ini dilatih dengan latihan maulid habsy dan mereka juga membaca yasin setiap malam jumat dan membaca burdah secara bersama-sama.
Panti asuhan mizan amanah yaitu panti asuhan yang memiliki 14 anak asuh, di panti Asuhan Mizan Amanah yaitu anak di didik dengan nilai-nilai pendidikan Agama dan mendapatkan pendidikan yang layak, anak diajarkan agar tertib, disiplin dan mandiri, ini terbukti dengan adanya jadwal kegiatan piket, jadwal menghafal al-Qur’an, dibiasakan shalat berjamaah, shalat tahajud, bangun pagi.  Dalam melaksanakan shalat tahajud mereka bangun jam 04.00 pagi yang dibimbing oleh bapak pengasuh, sedangkan untuk mengaji mereka dapatkan di tempat les dan untuk kegiatan menghafal al-Qur’an mereka lakukan pada waktu pagi. Anak-anak asrama yatim Mizan Amanah ini pun di didik untuk berlaku sopan, menyapa dengan ramah dan memberi salam.
Panti Asuhan bunda kurbanur adalah panti asuhan yang baru diresmikan tahun 2014 dan hanya memiliki anak asuh 5 orang, di dalam panti asuhan bunda kurbanur mereka di dididik dengan nuansa agama islam, mereka di ajarkan menghafal surah-surah pendek, pembelajaran fiqh dan anak asuh juga di ajarkan keterampilan-keterampilan seperti kaligrafi, madihin dan maulid habsy.
Dari pemaparan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pola Pendidikan Agama Bagi Anak Yatim (Studi Panti Asuhan Kota Banjarmasin)
B.   Fokus Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan pokok di atas adalah pola pendidikan agama bagi anak yatim (Studi Panti Asuhan di Kota Banjarmasin). Fokus penelitian ini dijabarkan dalam sub masalah yaitu:
1.      Bagaimana pola pendidikan Agama bagi anak yatim yang diterapkan di panti asuhan ?
2.      Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pengasuh dalam mendidik keagamaan anak yatim di panti asuhan ?
3.      Bagaimana hasil yang diperoleh anak yatim selama mendapatkan pendidikan agama di panti asuhan ?
C.   Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari fokus penelitian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengatahui pola pendidikan agama bagi anak yatim di panti asuhan.
2.      Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh pengasuh dalam mendidik keagamaan anak yatim dipanti asuhan.
3.      Untuk mengetahui hasil yang di peroleh anak yatim selama mendapatkan pendidikan agama dip anti asuhan.
D.   Kegunaan Penelitian
1.    Secara teoritis
a.    Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan. Terutama terhadap pendidikan agama bagi anak yatim serta bagaimana pola pendidikan agamanya di panti asuhan.
b.    Sebagai bahan informasi khususnya para pemerhati pendidikan, untuk lebih meningkatkan pendidikan agama bagi anak yatim khususnya di Banjarmasin.
c.     Memperluas wawasan penulis yang berkaitan dengan penelitian ini dan memberikan saran yang positif terhadap pelaksanaan pendidikan agama bagi anak yatim dipanti asuhan kota Banjarmasin.
2.    Secara Praktis
a.       Sebagai sarana untuk mendidik agama bagi anak-anak yatim di panti asuhan kota Banjarmasin.
b.      Sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan agama bagi anak-anak yatim di panti asuhan kota Banjarmasin.
c.       Sebagai gambaran bagi para pengasuh panti asuhan khususnya dalam hal pendidikan agama bagi anak-anak yatim.
d.      Bagi pemerintah, Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya kepada anak yatim.
E.   Definisi Operasional
Judul penelitian ini didukung oleh tiga istilah yang perlu dibatasi sebagai pegangan dalam penelitian lebih lanjut. Ketiga istilah tersebut ialah "Pendidikan”, Agama”, “Anak  yatim”,“Panti Asuhan” Selanjutnya ketiga istilah ini dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut:
1.    Pola Pendidikan Agama
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).[3] Pola merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan nilai-nilai atau materi pendidikan itu sendiri sebagai salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Pola Pendidikan Agama yang dimaksud disini adalah model atau  bentuk Pendidikan Agama Islam. Menurut Muhammad Qutb yaitu  memberikan gambaran tentang teknik dalam pola pendidikan anak yaitu “dengan melakukan pendidikan melalui keteladanan, teguran, hukuman, cerita-cerita, pembiasaan dan pendidikan melalui pengalaman-pengalaman kongkrit”.[4]
2.    Anak Yatim
Secara umum kata yatim adalah seseorang yang belum dewasa dan telah ditinggal mati oleh ayahnya.[5] Ia dinamakan demikian karena ia bagaikan sendirian, tak ada yang mengurusnya atau mengulurkan tangan (bantuan) kepadanya. Anak yatim adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Abdul Madjid Hasyim al-Husaini : “Anak yatim itu adalah anak yang ditinggal mati ayahnya dan dia belum sampai batas baligh (dewasa)”.[6]
3.    Panti Asuhan
Dalam Peraturan Perundang-undangan Bidang Tugas Bina Rehabilitasi Sosial menyebutkan tentang usaha kesejahteraan disebutan :
a. Anak yang mempunyai masalah adalah anak yang antara lain tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak tidak mampu, anak yang mengalami masalah dan kelakuan serta anak cacat.
b. Asuhan adalah berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang tidak mempunyai orangtua dan terlantar, dan anak yang mengalami masalah kelakuan, agar bersifat sementara sebagai pengganti orang tua dan keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani dan sosial.
c. Panti asuhan adalah panti sosial yaitu lembaga kesatuan kerja yang merupakan sarana dan prasarana yang memberikan pelayanan sosial berdasarkan profesi pekerjaan sosial.[7]
Panti asuhan adalah tempat untuk memelihara dan mendidik anak-anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak-anak yang kurang mampu.  Panti Asuhan adalah tempat berkumpulnya anak-anak yatim, yatim piatu dan anak-anak yang kurang mampu untuk di didik khususnya pendidikan agama agar menjadi anak yang berakhlak dan agar menjadi bekal untuk masa depannya kelak. Jadi yang dimaksud panti asuhan menurut penulis adalah tempat untuk merawat, mendidik, memelihara anak-anak yatim, yatim piatu dan anak yang kurang mampu yang di didik dengan sentuhan-sentuhan agama Islam yang terdapat di kota Banjarmasin. Adapun panti asuhan yang penulis maksud yaitu panti asuhan al-Ikhlas, panti asuhan mizan amanah dan panti asuhan bunda kurbanur.
Adapun yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah pola pendidikan agama bagi anak yatim (studi panti asuhan kota Banjarmasin) yang penulis teliti hanyalah anak-anak yatim yang berada di lingkungan panti asuhan dan bagaimana pola pendidikan agamanya  bagi anak yatim di panti asuhan. Pola pendidikan agama yang dimaksud adalah keteladanan, teguran, hukuman, cerita-cerita, pembiasaan dan pendidikan melalui pengalaman-pengalaman kongkrit.
F.    Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi untuk mengetahui letak perbedaan dengan penelitian yang judulnya memiliki kemiripan yaitu:  Ihda Rifqya (2016) dengan judul tesisnya  Hubungan Bimbingan Keagamaan dan Lingkungan Tempat Tinggal dengan Prestasi Belajar PAI (Studi Pada Anak Asuh Di Panti Asuhan Kota Banjarmasin). Diketahui bahwa tempat tinggal juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi prestasi belajar agama Islam bagi anak panti asuhan. Memang ada banyak perbedaan antara anak yang bertempat tinggal bersama orang tua dengan anak yang tinggal jauh dari keluarga terutama dalam kegiatan belajar dan aktivitas yang mendukung terhadap kelancaran belajarnya. Oleh karena itu, prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Karena penelitian ini berbentuk kuantitatif maka hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Tidak ada hubungan secara signifikan antara bimbingan keagamaan dengan prestasi belajar anak asuh dengan nilai signifikansi 0,062 > 0,05. 2.Tidak ada hubungan secara signifikansi antara lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar anak asuh, dengan nilai signifikansi 0,0963 > 0,05. 3.Tidak ada hubungan secara signifikansi antara bimbingan keagamaan dan lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam anak asuh di sekolah kota Banjarmasin, dengan R square 0,086 yang menyatakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh bimbingan keagamaan dan lingkungan tempat tinggal hanya sebesar 8,6%. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama mengambil tempat yaitu panti asuhan. Sedangakan perbedaannya dari penulis adalah penulis meneliti pola pendidikan agama bagi anak yatim tidak semua anak asuh untuk penulis teliti, dari segi jenis penelitiannya berbeda penelitian yang diteliti oleh Ihda Rifqya bersifat kuantitatif , sedangkan penulis menggunakan penelitian kualitatif.
Penelitian oleh M.Humaidi (2008) dalam penelitian tesisnya Pengasuhan Anak di Panti Asuhan Harapan Kita Kecamatan Tamban Kabupaten Barito Kuala. Fokus penelitian ini yaitu pengasuhan dipanti asuhan berpola demokratis. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan anak di panti asuhan Harapan Kita adalah faktor pendukung yaitu: adanya sarana dan prasarana, adanya dana, adanya kesadaran diri pengasuh untuk melaksanakan tugasnya, ketaatan anak asuh, letak panti asuhan yang strategis dan faktor penghambat yaitu: terbatasnya waktu, kapasitas anak asuh, terbatasnya tenaga pengasuh, sedikitnya honor yang diterima pengasuh, dan perhatian pengasuh yang tidak sesuai dengan kehendak pengasuh. Letak persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti dipanti asuhan, tetapi penelitian ini tidak membahas pola pendidikan agama yang khusus untuk anak-anak yatim saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Binti Qoni’ah (2007) judul tesisnya yaitu Pendidikan anak dalam Persepektif Hadis, diketahui bahwa hakekat pendidikan anak menurut perspektif hadis Nabi SAW. merupakan kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT. kepada manusia orang tua. Kewajiban ini memberikan konsekwensi bagi orang tua untuk melakukan fungsi pembinaan terhadap anak-anaknya agar mereka menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan berupaya memelihara dari terjerumus ke dalam kesia-siaan, sekaliguas mengantarkan mereka menjadi manusia yang paripurna (insan kamil). Oleh karena itu, untuk keperluan pendidikan anak diperlukan metode yang bijaksana dan proporsional agar proses pendidikan mencapai keberhasilan. Adapun persamaan  dari penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang anak. Tetapi penelitian ini hanya membahas anak secara umum, berbeda dengan penelitian penulis yang membahas tentang penelitian pola pendidikan agama bagi anak yatim.
Penelitian yang dilakukan oleh Evi Wahyuni (2012) dalam tesisnya yang berjudul Strategi Bimbingan Keagamaan Terhadap Anak Di Lingkungan Keluarga  Desa Belanti Siam Pangkoh VIII Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Fokus penelitian yang dibahas dalam tesis ini adalah bagaimana strategi bimbingan keagamaan terhadap anak di lingkungan keluarga yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dari 15 keluarga muslim di desa Belanti Siam Pangkoh VIII kecamatan Pandih Batu kabupaten Pulang Pisau provinsi Kalimantan Tengah, apakah strategi yang dilakukan oleh penelitian ini sesuai dengan Islam. Letak persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang anak, tetapi penelitian ini tidak membahas secara khusus tentang anak yatim dan tidak membahas pola pendidikan agamanya.
G.  Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan dikemukakan latar belakang timbulnya permasalahan pola pendidikan agama bagi anak yatim, fokus penelitian, masalah penelitian, tujuan dan signifikansi penelitian, definisi istilah, penelitian terdahulu, sistematika penulisan.
Bab II: Kerangka teori pendidikan anak dalam Islam. Di dalamnya dikaji, Prinsip dasar dalam pendidikan anak dan pola pendidikan agama serta pengertian anak yatim dalam Islam.
Bab III: Metode penelitian yang berisikan tentang jenis penelitian, tempat, dan waktu penelitian, data, sumber data, dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan, dan analisis data.
Bab IV: Laporan hasil penelitian, berisikan gambaran umum objek dan subjek penelitian, penyajian data dan analisis data.
Bab V: Penutup berisikan kesimpulan dan saran-saran.







[1]Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, jilid 2 (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 387.
[2]LPSI. Anak Yatim & Kajian Fikih Realitas Sosial. (Jatim: Pustaka Sidogiri), h. 31.
[3]Zakiah darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Cet II, (Bumi Aksara, 1992), h.86
[4]Salman Harun, Sistem Pendidika Islam, (Bandung: Al Ma‟arif:1993), Cet. 3, h. 324
[5]Dahlan Addul Azizi, Ensiklopedi Hukum Islam, (PT Icktiar Baru Van Hoeve, Jakarta,1997). h.863.
[6] Abdul Madjid al-Husaini, Syarah Riyadus Sholihin, (Kairo : Darul Kutbil, 1970), h.453
[7]Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tugas Bina Rehabilitasi Sosial, (Jakarta : Dirjen Bina Rehabilitasi Sosial, 1993), h. 106.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar