Selasa, 03 Januari 2017

Hakikat Belajar di Tinjau dari Psikologi dan Islam



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejauh ini kita telah melakukan suatu kegiatan yang sering kita sebut dengan belajar, namun masih banyak orang yang menafsirkan salah tentang makna hakikat dari belajar itu sendiri. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap siswa, guru atau siapapun memahami sebaik-baiknya tentang hakikat belajar.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Masalah belajar yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan, adalah masalah setiap orang. Tiap orang boleh dikatakan selalu belajar, karena kenyataan bahwa belajar adalah masalah setiap orang maka jelaslah kiranya perlu dan penting menjelaskan masalah belajar itu.
Manusia yang ingin mempertahankan hidupnya, ia harus tumbuh. Pertanyaannya, bagaimanakah usaha kita agar kita senantiasa tumbuh dan berkembang? Jawabannya yaitu kita mesti belajar. Apakah belajar itu dan bagaimana prosesnya? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering terlontar berhubung masih kurangnya pemahaman seseorang tentang arti belajar.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Sesuai dengan problematika di atas, tulisan ini ingin mencoba mengurai perihal hakikat belajar perspektif psikologi dan Islam.
B.  Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan belajar ?
2.       Hakikat belajar di tinjau dari psikologi ?
3.      Hakikat belajar di tinjau dari  Islam ?
C.  Tujuan Pembahasan
1.     Untuk mengetahui pengertian belajar.
2.     Untuk mengetahui hakikat belajar dalam tinjauan psikologi
3.     Untuk Mengetahui hakikat belajar  dalam tinjauan Islam.

PEMBAHASAN
A.   Pengertian Belajar
Ada beberapa istilah pengertian belajar menurut para ahli diantaranya:
1.    James O.Whittaker  merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2.    Ronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3.    Howard L.Kingskey berpendapat belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan,
4.    Drs.Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
5.    Skinner berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi tingkah laku yang progresif.[1]
6.    Hilgard & Bower mendefinisikan belajar adalah proses timbulnya suatu aktivitas yang terjadi karena reaksi terhadap situasi yang dialami.[2]
7.    Oemar Hamalik berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan dari suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.[3]
8.    R. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
9.    Burtun mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.[4]
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu  jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.[5]
Belajar juga dapat dikatakan suatu  proses yang dialami seseorang melalui kegiatan yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga dimungkinkan terjadinya perubahan dalam pengetahuannya , sikapnya, keterampilannya, kebiasaannya, pengalamannya, minatnya, penghargaanya dan penyesuaian dirinya.[6]
B.  Hakikat Belajar dalam Pandangan Psikologi
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan ada kata yang sangat penting untuk dibahas yakni kata “perubahan atau change, change adalah sebuah kata dalam bahasa inggris yang berarti perubahan. Perubahan yang dimaksud tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar, oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya  dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar, tetapi perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. Tidak semua perubahan prilaku berarti belajar. Orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan  perbuatan belajar untuk mengimbangi tanganya yang hilang itu denga mempelajari keterampilan-keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang sangat ahli, tetapi dalam pandangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan. Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas,praktek dan pengalaman.[7]
Hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman. Dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, dan inteligensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang menciptakan lingkungan yakni guru dan orang tua. Faktor lainnya adalah aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, biokimia, susunan saraf dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuannya.[8] Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.[9]
Ciri-ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimaksudkan ke dalam ciri-ciri belajar yaitu[10]:
1.      Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2.      Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu  perubahan yang terjadi menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3.      Perubahan dalam belajar bersifat postif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, sedangkan perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4.      Perubahan belajar dalam belajar bertujuan atau terarah
5.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan  mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.[11]
Manusia dan makhluk hidup yang lain memerlukan dunia untuk mengembangkan dan melangsukan hidupnya, ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar untuk kebutuhan dirinya, ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan kegiatan belajar atau menyesuaikan diri itu berbagai macam cara mereka pergunakan. Berikut ini uraian beberapa macam cara penyesuain diri yang dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja dan bagaiman hubungannya dengan belajar.[12]
a.       Belajar dan kematangan
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika telah mencapai kesanggunpan untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Proses belajar terjadi karena perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan terjadi dari dalam.
b.      Belajar dan Penyesuaian Diri
Penyesuain diri merupakan suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku manusia.
c.       Belajar dan Pengalaman
Belajar dan pengalaman keduanya merupakan suatu proses yang dapat merubah sikap, tingkah laku dan pengetahuan kita.
d.      Belajar dan bermain
Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya adalah bahwa dalam belajar dan bermain keduanya terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku , sikap dan pengalaman.
e.       Belajar dan Pengertian
Belajar mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian. Ada proses belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian. Misalnya latihan cara menangkap yang dilakukannya tanpa pengertian tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari latihan itu. Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar. Dengan mendapatkan sesuatu pengertian tertentu, belum tentu seseorang kemudian berubah tingkah lakunya.
f.       Belajar dan Menghafal/Mengingat
Menghafal atau mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah belajar dalam arti sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan mengahafal saja, tetapi harus dengan pengertian.
g.      Belajar dan Latihan
Belajar dan latihan keduanya dapat menyebabkan perubahan/proses dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan.
Dari uraian di atas tadi kiranya menjadi jelas bagi kita bagaimana cara-cara atau proses belajar itu berlangsung. Kita mengetahui bahwa belajar itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuaikan diri, memperoleh pengalaman, pengertian atau latihan-latihan.
C.  Hakikat Belajar dalam Pandangan Islam
Dalam persepektif Islam belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu Muslim-muslimat dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Firman Allah yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam Islam, proses belajar pertama yaitu kepada Nabi Adam di mana Allah mengajarkan berbagai nama benda kepadanya, di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Swt telah mengajarkan kepada Nabi Adam tentang nama-nama benda, tabiat, dan sifat-sifatnya dan Adam disuruh mengulangi pelajaran tersebut di hadapan para malaikat.[13]
Belajar merupakan jendela dunia, dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal, oleh sebab itu islam sangat menekankan masalah belajar, Allah pun bertanya dalam al-Qur’an pada surah  az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9)
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dalam persepektif Islam hakikat belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuan belajar dalam Islam bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna.[14]
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar persepektif psikologi, dalam konteks Islam maknanya lebih dalam karena perubahan perilaku dalam islam indikatornya adalah akhlak yang sempurna. Akhlak yang sempurna mesti dilandasi oleh ajaran islam.
Tuhan memberikan potensi kepada manusia yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.         Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.
b.        Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal
c.         Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).[15]
Belajar memiliki tiga arti penting menurut Al-Qur’an. Pertama, bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Kedua, manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketiga,dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.[16]





D.   Simpulan
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan hakikat belajar dalam tinjauan psikologi adalah perubahan yang  terjadi dalam diri individu yang belajar. seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya  dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar, tetapi perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Adapun hakikat belajar dalam tinjauan  Islam adalah perubahan perilaku yang sampai kepada akhlak yang sempurna. Akhlak yang sempurna dilandasi oleh ajaran islam.

Daftar Pustaka
Bahri Djamarah, Syaiful. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2005.
Jamaludin dan Acep Komarudin, Pembelajaran persepektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Netty, Hartati. Islam dan Psikologi, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2004.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,1995.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2011.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Reneka Cipta, 2003.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah SD, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006.
---------------------. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya: 2010
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: RajaGrafindo, 2005.


[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4.
[2] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2011), h. 20
[3] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2005), h. 27.
[4] Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah SD, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) h. 3.
[5] Syaiful bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.13.
[6] Jamaludin dan Acep Komarudin, Pembelajaran persepektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 9.
[7]Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 45
[8]Hal 55.
[9] Syaiful bahri Djamarah, Psikologi Belajar, h. 14-15
[10] Syaiful bahri Djamarah, Psikologi Belajar, h. 15-16
[11] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Reneka Cipta, 2003), h. 4.
[12] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1995), h. 86-89
[13] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo, 2005), h. 48.
[14] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 50-51.
[15] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya: 2010), h. 98-99

1 komentar:

  1. Bet365 South Africa - Review & Ratings & Markets - Legalbet.co.kr 우리카지노 우리카지노 fun88 fun88 386The Best Online Slots of 2021 | List of the Best Payouts

    BalasHapus